Hanya dalam waktu tak lebih dari 8 jam, pasukan kemanan dan militer
Mesir 'berhasil' membunuh lebih dari 3.000 rakyat Mesir yang menolak
upaya kudeta militer dengan penggulingan Presiden Muhammad Mursi. Jumlah
demonstran rakyat Mesir yang meninggal itu dikonfirmasi oleh juru
bicara Ikhwanul Muslimin, Gehad El-Haddad dan pihah-pihak rumah sakit
setempat, Rabu (14/8).
Juru bicara Ikhwanul Muslimin itu mengatakan, Rabu (14/8), ribuan orang
meninggal dalam 8 jam setelah pasukan keamanan Mesir memulai operasi
pembersihan demonstran pro Presiden Muhammad Mursi yang telah berkemah
di jalan-jalan Kairo sejak presiden Mesir Muhammad Mursi digulingkan
oleh rezim militer bulan lalu.
"Dalam 8 jam, sudah terjadi pembantaian massal. Tak ada satupun orang
yang mampu menghentikan pembantaian ini, baik di Mesir maupun di dunia.
Lebih dari 3000 orang dibunuh dan 10,000 lainnya luka-luka. Biarkan
dunia menyaksikannya!" kata Gehad El-Haddad, melalui akun Twitter-nya
yang terpantau sekira pukul 18.50 WIB, Rabu (14/8).
“Ini bukan upaya untuk membubarkan, tapi upaya berdarah untuk
menghancurkan semua suara oposisi menentang kudeta militer,” tambahnya.
Situasi memanas sejak Rabu pagi waktu setempat (14/8/2013), Al Jazera
melaporkan langsung dari Kairo bahwa langit kota itu dipenuhi asap yang
membumbung dari Nahda Square – yang kemudian benar-benar dibersihkan –
dan ada laporan tembakan gas air mata serta tembakan senapan angin dari
lokasi kejadian.
Kementerian Dalam Negeri juga memperingatkan dalam sebuah pernyataan
bahwa pasukan keamanan akan bertindak tegas kepada pengunjuk rasa yang
dianggap bertindak “tidak bertanggung jawab” dan mengatakan akan
menjamin perjalanan yang aman bagi mereka yang ingin meninggalkan lokasi
perkemahan.
Pada pertengahan pagi, televisi pemerintah melaporkan, pasukan keamanan
telah selesai membersihkan Nahda Square. Buldoser juga disiapkan untuk
membubarkan tenda-tenda yang dipakai demonstran.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan pasukan keamanan telah mengontrol
total atas Nahda Square, dan pasukan polisi telah berhasil menghapus
sebagian besar tenda di kawasan itu. Dan pasukan keamanan telah
memblokir semua akses ke kamp protes.
Reporter Al Jazeera Rawya Rageh melaporkan dari Kairo, mengatakan bahwa
“pertempuran ini jauh lebih besar dari apa yang Anda lihat, termasuk
jumlah korban. Ini adalah perjuangan untuk masa depan negara dan sesuatu
yang akan menentukan jalannya revolusi Mesir yang telah berlangsung
selama dua tahun dari sekarang.”
“Tidak ada yang diharapkan ini menjadi operasi yang mudah. Ini menjadi
sangat jelas bahwa kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran dalam
permainan berbahaya.”
Seruan Turun ke Jalan
Sebagai tanggapan terhadap operasi keamanan, Ikhwanul Muslimin mendesak
rakyat Mesir untuk turun ke jalan dalam upaya menghentikan aksi
“pembantaian”.
Para penyelenggara protes Rabiah al-Adawiya, di mana beberapa pemimpin
Ikhwan ikut di sana, “menyerukan rakyat Mesir untuk turun ke jalan untuk
menghentikan pembantaian,” kata Haddad.
Pasukan keamanan juga menyerbu Nasr City dan ada laporan bahwa penembak jitu menembaki demonstran di Rabiah al-Adawiya Square.
Namun pasukan keamanan mengatakan penembak jitu hanya menembakkan gas air mata.
“Banyak orang yang dibunuh sekarang … Apa yang dapat kita harapkan
adalah hanya kondisi yang lebih buruk,” kata Laila, anggota Aliansi Anti
Kudeta Mesir, sebuah kelompok pro Mursi. “Apa yang terjadi sekarang
adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.”
* http://muslimina.blogspot.com/2013/08/3000-syahid-dalam-8-jam-rekor-dunia.html